Rabu, 16 Juli 2008
08.50
Egois$BlogItemTitle$>
subtitle : Ini tentang saya
Ego itu sebuah kebutuhan atau keutuhan?
Dalam hidup yang telah saya jalani, saya baru belajar dua hal tentang ego. Adalah suatu hal yang berbahaya ketika ego itu menjadi suatu kebutuhan. Ego dijadikan tameng untuk melindungi diri dari masalah. Ego dijadikan pendorong untuk naik lebih tinggi.
Untuk alasan keamanan, kita berlindung di balik ego. Niat kita baik, tapi bukanlah sifat dasar suatu ego untuk bertahan "disakiti", satu serangan balik yang sangat licik dan menghancurkan akan sangat tidak terelakkan. Tanpa kita sadari dan ingini, karakter orang lain telah dilahapnya. Senjata yang sangat 'ampuh'.
Berdiri di atas ego akan menyingkirkan lawan-lawan kita. Ya, semua yang kita "pikir" adalah lawan. Hal buruk akan menarik keburukan dan menyingkirkan kebaikan. Dengan bangga, kita akan berada di kumpulan para fanatik dan ambisius. Sambil berharap mereka bisa menjadi sahabat sejati. Tidak mungkin!
Di dalam diri kita ada kemampuan untuk kebaikan. Mengerti bahwa ego adalah sebuah keutuhan dalam pribadi. Dengan kemurahan hati kita dapat memberi ruang untuk ego (kepentingan) orang lain, yang membuat kita saling melengkapi.
Awal yang baik, diakhiri dengan baik, itu adalah sebuah anugerah. Awal yang buruk, diakhiri dengan baik, itu adalah suatu kemurahan. Jika Anda seorang kristen, Anda akan mengerti. Kuncinya adalah memberi.
Egois bukan hanya masalah tentang saya atau orang lain, tetapi masalah kuantitas. Orang yang egois bukanlah orang yang terlalu banyak memikirkan kebahagiaan diri sendiri, meinkan terlalu sedikit peduli terhadap kebahagiaan orang lain. Itulah mengapa banyak orang sangat sulit untuk merasakan apa yang disebut dengan "kemurahan hati".